Monday, September 15, 2008

Siapa itu terapis okupasi?


Terapis okupasi atau biasa disebut terapis OT, adalah ahli profesional yang terlatih khusus untuk mengevaluasi dan melatih anak-anak dan orang dewasa, yang mengalami kesulitan dalam aktivitas-aktivitas penting yang diperlukan sehari-hari. Misalnya perawatan diri, aktivitas bermain dan bersenang-senang, dan bekerja. Untuk anak-anak, ‘bekerja’ meliputi bermain, belajar, dan pergi ke sekolah.

Anak-anak adalah kelompok terbesar dibanding usia lain yang membutuhkan terapi okupasi. Terapi untuk anak terpusat untuk memperbaiki perkembangan anak dalam area keterampilan motorik halus (misalnya menyambungkan meronce dengan tali, menggunting kertas, mengancing baju), keterampilan bermain, kemampuan bersosialisasi, dan merawat diri (memakai baju, mandi, makan).

Umumnya terapis okupasi memberi terapi kepada klien yang sudah didiagnosa kondisi tertentu oleh dokter atau psikolog. Terapi okupasi diperlukan oleh anak/orang dewasa yang mengalami kesulitan belajar, hambatan motorik (karena berbagai sebab : cedera, stroke), autism spectrum disorders, sensory processing disorders, cerebral palsy, Down syndrome, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), genetic disorders, dan keterlambatan tumbuh kembang lainnya. Berdasarkan hasil evaluasi dari dokter atau psikolog, terapis okupasi merancang suatu program terapi yang sesuai untuk masing-masing klien.


Apa yang dilatih oleh terapis okupasi?


Terapi okupasi terpusat pada pendekatan sensori atau motorik atau kombinasinya untuk memperbaiki kemampuan anak untuk merasakan sentuhan, rasa, bunyi, dan gerakan. Terapi juga meliputi permainan dan keterampilan sosial, melatih kekuatan tangan, genggaman, kognitif dan mengikuti arah. Terapis okupasi di sekolah membantu anak memperbaiki tulisan tangan (motorik halus), kemampuan visual (penglihatan) dan interaksi sosial, dan juga kemampuan akademi.

Berikut beberapa hambatan yang membutuhkan terapi okupasi :
  • Gerakan yang terhambat – keterbatasan menggerakkan kepala, leher, dan tubuh
  • Kekuatan yang menurun – kesulitan melakukan gerakan sumbu gerak yang sesuai dengan usia (misalnya jalan menirukan binatang atau mendorong gerobak kecil) dan menahan posisi badan melawan gravitasi bumi (misalnya mengacungkan tangan dengan posisi terbang seperti superman)
  • Keterlambatan dalam keterampilan motorik halus – kesulitan dalam menulis dan keterampilan menggunting, menjepit benda kecil dengan pinset, dan mengancingkan kancing baju (baca artikel Keterampilan Motorik Halus)
  • Keterlambatan dalam perawatan diri-sendiri – kesulitan memakai baju, menyikat gigi, memakai peralatan makan
  • Keterlambatan koordinasi bilateral – kesulitan menggunakan kedua tangan bersama-sama untuk melakukan suatu tugas (misalnya mengikat tali sepatu, melempar dan menangkap bola)
  • Kelainan persepsi visual – kesulitan mengorganisasikan/mengatur informasi visual (yang ditangkap oleh mata) dari lingkungan sekitar untuk melakukan suatu tugas (misalnya memasang puzzle)
  • Sensory processing disorders – kesulitan menanggapi dengan benar masukan informasi yang diterima panca indera (perasa, peraba, bunyi, gerakan) untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari (baca artikel Sensory Integration/SI).

Di mana terapis okupasi bekerja?

Terapis okupasi bisa bekerja di rumah sakit, klinik terapi, sekolah, rumah-rumah perawatan/rehabilitasi, dan di rumah-rumah klien secara pribadi. Terapis okupasi harus memiliki ijin terapi okupasi.

Jika Anda mencari terapis okupasi untuk anak, ingatlah untuk memilih terapis yang memiliki spesialisasi terapi anak. Ini penting karena pengujian dan teknik perawatan berbeda untuk anak-anak dan orang dewasa. Carilah rujukan dari teman, dokter, sekolah untuk mencari tempat terapi yang menyediakan layanan terapi okupasi untuk anak-anak. Di sekolah, konsultasikan dengan guru untuk membuat jadwal dengan terapis okupasi jika Anda kuatir dengan keterampilan menulis anak.

Biasanya dalam pertemuan pertama, terapis okupasi melakukan evaluasi / screening yang meliputi serangkaian test kurang lebih 1-2 jam. Terapis bisa melakukan observasi, tes-tes standard, dan mewawancarai orang tua untuk menentukan apa yang dibutuhkan anak. Dalam tanya jawab ini, terapis akan menanyakan pertanyaan tentang sejarah medis dan pertumbuhan anak. Selanjutnya terapis akan membahas hasil evaluasi dengan Anda dan membuatkan goal/tujuan yang hendak dicapai dalam terapi.

Anda juga bisa menanyakan beberapa pertanyaan kepada terapis okupasi dalam pertemuan ini, misalnya :
  • Berapa sering anak saya butuh terapi ? Apa yang membuat Anda memutuskan itu hal itu?
  • Bisakah saya memperhatikan setiap sesi terapi ?
  • Aktivitas apa saja yang akan Anda lakukan dalam terapi?
  • Di mana saya bisa mendapat informasi tambahan mengenai kesulitan yang dialami anak?
  • Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu anak ?

Saat anak mulai mengikuti terapi okupasi (OT), berkomunikasilah dengan terapis sesering mungkin melalui catatan atau komunikasi langsung. Yang lebih penting, orang tua/pengasuh perlu membantu anak terus-menerus untuk memperbaiki keterampilannya di rumah dan di sekolah. Terapis mengarahkan dan mengajar keterampilan yang benar kepada anak, tetapi untuk berlanjut hingga berhasil diperlukan latihan yang konsisten di rumah dan di sekolah. Hal ini akan membantu keberhasilan terapi okupasi yang diterima anak.


Sumber :
Artikel Ann Stensaas, M.S., OTR/L, What is an Occupational Therapist
Artikel Amber Swearingen, MOT, OTR/L, Understanding Occupational Therapy: Learning Through Play


______________________________________________________
Website : www.angelswing.or.id Telp. 021-54350166, 0818-08642642.
Angel's Wing melayani
Terapi Okupasi, Sensory Integration SI, Behavior, Physiotherapy, Orthopedagog (Kesulitan belajar khusus), Layanan Psikologi Umum (Test IQ, Minat Bakat, dll), dan Terapi Wicara (speech delay, post operasi celah bibir dan langit-langit/cleft, cadel, gagap).


No comments: