Friday, October 3, 2008

Berikan Ruang Bermain yang Cukup

Seputar Indonesia, Lifestyle - Kids
Wawancara dengan psikolog anak Ibu Woro Kurnianingrum, MPsi (Angel's Wing) oleh Koran Sindo, Rabu 14 Maret 2007


PEMERHATI masalah anak juga Sekjen Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif (Asah Pena) Dhanang Sasongko berpendapat, sebetulnya anak agresif harus dipandang sebagai sesuatu yang positif.

”Umumnya, anak semacam ini berani melakukan sesuatu dan punya daya kreativitas yang bagus. Asalkan orangtuanya dapat mengarahkan dan menstimulusnya ke arah positif,” ujarnya. Dia menyayangkan tindakan orangtua yang kadang justru menghukum sifat agresif anak tadi dengan tindakan negatif. Misalnya, memarahi atau menghukum anak dengan memukul. Tindakan semacam ini justru akan membuat anak semakin agresif terhadap orang lain.

”Lebih baik ajak anak melakukan kegiatan menantang yang dapat menjadi ajang penyaluran sifat agresivitasnya. Sehingga, hasilnya pun menjadi positif,” tutur Dhanang. Sementara, psikolog anak Woro Kurnianingrum menyarankan agar langkah pertama yang perlu dilakukan adalah orangtua introspeksi diri. Salah satu caranya,kalau orangtua sedang memberi tahu atau menasihati sang anak, jangan melakukannya sambil emosi. ”Jadi, langkah awal adalah mencari penyebabnya.

Kalau bukan karena dari pihak orangtua, mungkin saja dia meniru dari teman terdekatnya atau meniru dari tayangan TV yang ditontonnya tanpa sengaja,” ungkapnya. Orangtua perlu membantu si anak untuk belajar mengungkapkan apa yang diinginkan anak. ”Kamu mau apa?” ”Mainan ini ya?”, misalnya. Dengan demikian, anak merasakan terbantu apa yang tengah ada dalam pikirannya, tapi dia belum mampu mengungkapkannya. Cara lain, dengan mengajarkan adanya konsekuensi logis dari sebuah tindakan.

Satu contoh, ketika anak sedang bermain bola bersama kawan- kawannya, kemudian dia berperilaku kasar,dengan melempar.Sebaiknya orangtua segera menarik dia dari permainan tadi dan ajak dia duduk menyaksikan teman-teman lain yang tengah bermain. ”Jelaskan bahwa dia bisa bermain tanpa menyakiti temannya, lalu tunggu sampai dia siap bermain,” ujar Woro. Hindari argumen seperti menanyakan; ”Bagaimana kalau Dedek dilempar bola sama teman Dedek?”. Sebab, toddler belum punya pikiran dewasa atau matang untuk bisa membayangkan dirinya di posisi orang lain atau berubah tingkah lakunya karena pertanyaan tadi.

Tapi toddler dapat mengerti apa akibat atau konsekuensinya. ”Orangtua jangan panik, tapi justru harus tenang menghadapi anaknya yang berperilaku agresif,” sarannya. Membentak, memukul, atau mengatakan kalimat tidak baik, tidak akan mencegah tingkah laku si anak. Justru dapat membuat si kecil mencontoh yang tidak baik. Sebenarnya kalau Anda tenang dan bisa mengendalikan amarah justru mungkin menjadi langkah awal baginya untuk belajar mengontrol kemarahannya. ”Cobalah untuk segera merespons jika anak agresif. Jangan menunggu sampai dia memukul si adik untuk ketiga kalinya, baru orangtua menegurnya,” tegasnya. Anak harus segera tahu bahwa dia salah.

Beberapa saat dia akan menghubungkan perbuatan dan akibatnya.Akhirnya, dia mengerti bahwa jika dia memukul, menggigit, dan kenakalan lain, dia akan disingkirkan. Orangtua juga perlu mengajarkan alternatif tindakan lain yang lebih positif dalam mengelola emosi ketimbang melakukan tindakan agresif. Tunggu sampai dia sudah tenang, lalu jelaskan dengan lembut apa yang terjadi, tanyakan apa yang membuatnya marah. Katakan b a h w a marah itu wajar, tapi t i d a k boleh ditunjukkan dengan memukul, menggigit, atau menendang.(nuriwan t)


______________________________________________________
Website : www.angelswing.or.id Telp. 021-54350166, 0818-08642642.
Angel's Wing melayani
Terapi Okupasi, Sensory Integration SI, Behavior, Physiotherapy, Orthopedagog (Kesulitan belajar khusus), Layanan Psikologi Umum (Test IQ, Minat Bakat, dll), dan Terapi Wicara (speech delay, post operasi celah bibir dan langit-langit/cleft, cadel, gagap).


No comments: